Dokter Murah Hati Itu Begitu Dicintai Masyarakat
DokterUrigenes
Kotabaru, Kalimantan Selatan (ANTARA News) - Namanya Urigenes Mangalik. Dokter spesialis anak profesinya. Orang orang mengakrabinya dengan "dokter Uri." Bagi warga Kotabaru, Kalimantan Selatan, dia lebih dari sekedar dokter spesialis, lebih dari memeriksa dan menjaga sehat anak balita dan bayi-bayi di wilayah itu.

Dia tidak hanya membantu anak sakit dan hidup amat bersahaja, namun juga sangat senang membantu pasien tidak mampu. Dia gratiskan pasien-pasien yang tidak beruang, baik biaya pemeriksaan maupun pengobatan.

Iklas selalu terpancar dari wajah dokter yang sejak 22 Juli 1996 bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru, Kalimantan Selatan, ini. Bakti dan kedermawannya begitu tinggi sehingga dia adalah kepada siapa orang bisa berkaca tentang keikhlasan dan pengabdian.

"Banyak resep obat yang seharusnya ditebus oleh pasien, namun karena mereka tidak mampu, oleh dokter Uri (tagihan-tagihan itu) dimasukkan ke bon dokter Uri sendiri," kata seorang perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru yang enggan disebutkan namanya.

Dan manakala tersiar kabar bahwa dokter ringan tangan lagi dermawan itu meninggal dunia akibat kecelakaan laut, masyarakat Kotabaru berbondong-bondong mendatangi rumah sakit di mana dokter Uri bertugas.

Warga datang melayat dengan mata berkaca-kaca dan air mata menetes membasahi pipi. Bahkan Bupati Kotabaru Sjachrani Mataja yang juga melayat jenazah Urigenes, tidak mampu mengeluarkan sepatah pun kata tatkala seorang wartawan hendak mewawancarainya.

Dengan terbata-bata, Sjachrani hanya meminta polisi segera mengungkap seterang-terangnya kasus meninggalnya dr. Urigenes.

Sebelum jenazah sang dokter ditemukan setelah dua hari dikabarkan hilang, berbagai rumor tidak jelas mengenai dirinya beredar luas di masyarakat, diantaranya bahwa mayat dokter Uri ditemukan dengan bagian kening dan dada luka karena ditimpa benda tumpul.

Rumor-rumor itu segera menguap, begitu masyarakat menemukan pula mayat Rahmad Efendi, operator speedboat yang ditumpangi Urigenes dari Batulicin ke Kotabaru Senin itu (18/1).

Mayat warga Simpang Karya, Kotabaru, itu ditemukan mengapung dekat Pelabuhan Panjang, Kotabaru, beberapa ratus meter dari lokasi ditemukannya jasad Urigenes di Desa Hilir, Kotabaru, tepatnya dekat perusahaan BBM PT. Anggrek.

"Ada kemungkinan speedboat yang ditumpangi korban menabrak. Namun untuk membuktikannya perlu saksi dan bukti-bukti lain, misalnya, bangkai speedboat," jelas Kapolres Kotabaru Ajun Komisaris Besar Polisi Slamet Riyadi.

Teladan

Bupati Sjachrani mengingat Urigenes sebagai dokter yang banyak membantu masyarakat Kotabaru sehingga almarhum layak beroleh penghargaan dari pemerintah daerah.

"Kita akan memberikan penghargaan kepada almarhum, atas jasa-jasanya dalam mengabdikan diri di Kotabaru," kata Sjachrani.

Selama bertugas di Kotabaru, Urigenes memang bekerja penuh dedikasi, tidak pernah mengeluh, tidak pernah juga mengajukan pindah tugas dari rumah sakit.

Dia menjadi andalan keluarga-keluarga di Kotabaru, sehingga ketika sehari saja tidak masuk kerja seperti di hari-hari terakhir hidupnya itu, puluhan bayi dan anak balita antri menunggu untuk diperiksa.

"Kami juga sangat merasakan kesedihan atas meninggalnya dokter Uri, apalagi anak saya yang baru berumur 10 bulan ini sudah menjadi langganan almarhum," kata Ajun Komisaris Polisi Afner Juwono, Kasat Reskrim Mapolres Kotabaru.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Kalimantan Selatan dr Muhammad Isa, SPP, mengungkapkan keterkesanannya pada bakti ikhlas sang dokter, dengan menyebutnya sebagai dokter berdedikasi tinggi terhadap pelayanan.

Dan untuk dedikasinya itu, pada 2009 IDI Kalimantan Selatan menganugerahi dr. Urigenes Mangelik, SPA, sebagai dokter teladan.

"Dokter Urigenes juga merupakan dokter yang paling lama bertugas di daerah dan tidak pindah-pindah," kata Muhammad Isa.

Dokter spesialis paru ini berharap, ke depan, petugas kesehatan, khususnya dokter yang bertugas di daerah, terutama orang-orang seperti Urigenes, mesti mendapatkan perhatian luas pemerintah.

"Perhatian tersebut bisa berupa pemberian asuransi kepada dokter dan keluarganya, karena dia telah mengabdikan diri kepada masyarakat," katanya.

Asuransi adalah wujud perlindungan pemerintah terhadap nasib yang menimpa Urigenes Mangelik, yaitu nasib yang juga dialami para dokter atau pelayan kesehatan berdedikasi tinggi lainnya.

"Siapa yang akan peduli terhadap nasib istri dan anak-anak almarhum, jika Urigenes yang kepala rumah tangga kini meninggal dunia?" sambungnya mengutarakan alasan.

Diabadikan

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru dr Nurahman, mengungkapkan, Urigenes merupakan sesepuh semua dokter rumah sakit umum.

"Beliau menjadi panutan bagi para dokter di sini, sehingga meninggalnya beliau, kami semua merasakan duka yang cukup mendalam," katanya.

Menurutnya, banyak sikap dan laku Urigenes yang dapat diteladani oleh para dokter di rumah sakit. Dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas yang dimiliki almarhum patut menjadi contoh bagi para dokter.

"Terlebih beliau itu tidak pernah mengeluh, dan mengajukan pindah," katanya.

Pemerintah daerah lain lagi. Sebagai bentuk penghargaan pemerintah daerah terhadap pengabdian Urigenes kepada warga Kotabaru, pemerintah berencana mengabadikan namanya sebagai nama rumah sakit baru di daerah itu.

Janji ini disampaikan Bupati Sjachrani Mataja, saat melepas jenazah Urigenes ke tanah kelahirannya, Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Tak cukup dengan itu, pemerintah juga akan menaikkan golongan dan pangkat terakhirnya, serta memberikan penghargaan-penghargaan lain kepada dokter yang selama 16 tahun membaktikan dirinya untuk "Bumi Saijaan".

Pemerintah Kabupaten Kotabaru berencana membangun rumah sakit umum daerah Tipe B di Stagen, sekitar 15 km dari rumah sakit lama di Kotabaru.

Rumah sakit baru ini akan menelan dana ratusan miliar rupiah dan merupakan pengganti rumah sakit tipe C yang sudah berdiri lama di tengah kota.

Kelak, jika janji Sjachrani Mataja bisa diwujudkan, Urigenes Mangalik adalah nama dari rumah sakit baru ini. (*)